Jumat, 03 Januari 2014

MEDIA PENYULUHAN KEHUTANAN



Media penyuluhan pertanian adalah segala bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian. Media penyuluhan pertanian berguna untuk mengefektifkan komunikasi antar sumber informasi dan penerima (komunikan).

Penggunaan media penyuluhan pertanian akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan kepada penggunanya, karena dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatsi batasan ruang, waktu dan indera manusia. Agar informasi yang disampaikan bias lebih jelas dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka informasi tersebut perlu dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media. Di dalam penyuluhan, sarana penyuluhan sangat penting untuk membantu kelancaran pelaksanaan penyuluhan maupun untuk memperjelas materi yang disampaikan agar mudah diingat dipahami oleh masyarakat sasarannya.

Tentang hal alat bantu penyuluhan, Totok Mardikanto (1985) telah mengemukakan ragam alat bantu penyuluhan yang diperlukan setiap penyuluh sebagai berikut :
1.      Kurikulum
2.      Gambar persiapan penyuluhan
3.      Papan tulis dan papan menempel
4.      Alat tulis
5.    Projector
6.      Perlengkapan ruangan.

Ø  Alat Peraga Penyuluhan
      Alat-alat penyuluhan yaitu berupa:
1.         Benda, berupa: sampel (contoh), model (tiruan), spesimen (benda yang    diawetkan).
2.      Barang cetakan, berupa: poster dan foto
3.      Gambar diproyeksikan berupa: slide, film, video, TV.
4.      Lambang atau grafika, berupa: grafik, diagram, skema, dan peta.

Ø  Pemilihan Media Penyuluhan Kehutanan

Suatu hal yang diperhatikan dalam penggunaan alat peraga di dalam pelaksanaan
penyuluhan adalah, pemilihan alat peraga yang paling efektif dan efesien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran, yang diinginkan penyuluhnya.  Pengetahuan seperti ini sangat penting, karena:

1. Tidak semua alat peraga selalu tersedia atau mudah disediakan oleh penyuluhnya pada sembarang tempat dan waktu.
2. Alat peraga yang mahal selalu merupakan jaminan sebagai alat peraga yang efektif untuk tujuan perubahan perilaku tertentu.
3. Untuk tujuan perubahan pelaku tertentu tersedia banyak alternatif alat peraga yang dapat digunakan, tetapi dengan tingkat efektivitas dan tingkat kemahalan yang
berbeda.

Karakteristik Umum Media Penyuluhan :
Ø  Media Massa, karakteristik umum :
  1. Menjangkau banyak orang, tetapi tingkat pengaruhnya rendah
  2. Menjangkau khalayak baru dan hanya sebatas pada tingkat kesadaran
  3. Bertujuan untuk memperkenalkan program atau pesan diwilayah tertentu
Ø  Media Antar Perorangan, karakteristik umum :
  1. Biasanya diperlukan untuk merubah sikap atau perilaku
  2. Mempunyai pengaruh besar terhadap sedikit orang
  3. Memungkinkan adanya pertanyaan dan umpan balik
Ø  Media Audio/Video, karakteristik umum :

1.      Dapat digunakan oleh perorangan atau kelompok
2.      Memerlukan peralatan
Suatu hal yang diperhatikan dalam penggunaan alat peraga di dalam pelaksanaan
penyuluhan adalah, pemilihan alat peraga yang paling efektif dan efesien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran, yang diinginkan penyuluhnya. 

METODE PENYULUHAN KEHUTANAN



Metode penyuluhan kehutanan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin , dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".
Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan.Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh kehutanan akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan.
Metode penyuluhan berbasis TIK memang sangat bagus, namun jika melihat kondisi petani yang ada dalam menjakau akses tersebut tentu mereka masih lemah dalam mengakses TIK. Melihat keterbatasan tersebut maka aplikasi TIK perlu dimodifikasikan dengan media konvensional. Artinya informasi yang diperoleh malalui aplikasi teknologi informasi, misalnya internet dapat disederhanakan dan dikemas kembali sesuai kebutuhan dan karakteristik pengguna akhir oleh penyuluh pertanian atau fasilitator. 
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.Contohnya :
a.       Kunjungan ke rumah petani, ataupun petani berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.
b.      Surat menyurat secara perorangan.
c.       Demonstrasi pilot.
d.      Belajar perorangan, belajar praktek.
e.       Hubungan telepon
b)      Metode berdasarkan pendekatan kelompok

ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN KEHUTANAN



Adopsi merupakan hasil dan kegiatan penyampaian pesan penyuluhan yang berupa “inovasi”, maka proses adopsi itu dapat digambarkan sebagai suatu proses komunikasi yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya perubahan perilaku. Karena Adopsi, dalam proses penyuluhan, pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada din seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerima disini mengandung arti tidak sekadar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara Iangsung maupun tidak langsung dengan orang. sebagai cerminan dan adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau keterampilannya. Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima, menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang Iainnya itu tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran,, keadaan Iingkungan (fisik maupun sosial), dan aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh).

   Tingkat keunggulan relatif dan inovasi yang ditawarkan, atau keunggulan lain yang dimiliki oleh inovasi dibanding dengan teknologi yang sudah ada yang
akan diperbaharui/digantikannya; baik keunggulan teknis (kecocokan dengan
keadaan alam setempat, dan tingkat produktivitasnya), ekonomis (besarnya beaya atau keuntungannya), manfaat non ekonomis, maupun dampak sosial budaya dan politis yang ditimbulkannya (relative advantage).Sehubungan dengan ragam sifat inovasi yang dikemukakan di atas, Roy (1981) dan hasil penelitiannya berhasil memberiikan urutan jenjang kepentingan dan masing-masing sifat inovasi yang perlu diperhatikan didalam kegiatan penyuluhan.

Ü     Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan Kehutanan

F Pengertian Difusi Inovasi dalam Penyuluhan
Yang dimaksud dengan proses difusi inovasi adalah perembesan atau penyebaran adopsi inovasi dari satu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran penyuluhan yang sama.
Pengertian difusi inovasi hampir sama dengan inovasi. Perbedaannya adalah jika dalam proses adopsi pembawa inovasi berasal dan “luar” sistem lokal masyarakat sasaran. Sedang dalam proses difusi, sumber informasi berasal dan dalam (orang) sistem sosial masyarakat itu sendiri. Difusi dapat diartikan adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk informasi antara warga masyarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula. Difusi dapat diartikan adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk informasi antara warga masyarakat sasaran sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
Inovasi harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh adopter.Banyak innovasi yang ditawarkan kepada masyarakat, namun dapat kita lihat bahwa tidak semua inovasi tersebut menyantuh kedalam masyarakat. Karena innovasi-innovasi tersebut hanya dibuat atas keinginan-keinginan pihak luar dari masyarakat tersebut, bukan dari kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian terjadilah ketidak addopsian innovasi tersebut oleh masyarakat.
Kalau mengharapkan masyarakat akan mengadopsi inovasi tersebut, para warga masyarakat harus menyakini bahwa hal itu merupakan kebutuhan yang benar-benar diingikan oleh mereka. Suatu inovasi akan menjadi kebutuhan apabila inovasi tersebut dapat memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga identifikasi dari persoalan tersebut dapat kta lihat; bahwa sesuatu yang kita anggap masalah, belum tentu menjadi masalah pula bagi orang lain, kemudian jikapun permasalahan itu benar adanya yang dirasakan oleh masyarakat, belum tentu penyelesaian yang ditawarkan seseuai dengan kondisi masyarakat penerimanya.